Ryans memories

Mma

Selasa, 11 September 2007

사랑합니다 "sungguh ku mencintaimu"


여자 이니까 "gadisnya" *when U love someone it's mean make yourself be happy in Ur life* by."adenoroano"

Penyumbat Saluran Rezeki


Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.
Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?
Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.
Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.
Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.
Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin. ( KH Abdullah Gymnastiar )





Thursday, January 17, 2008
Mengunjungi Gumelar, Desa yang Dibangun dengan Keringat Devisa TKI

Berangkat sebagai Pembantu, Kini Majikan Empat Restoran
Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri tak selalu identik dengan kisah pilu akibat majikan ringan tangan. Apalagi, seperti kasus Yanti Irianti yang dihukum tembak di Arab Saudi lalu. Seperti yang terjadi di Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, banyak "pahlawan devisa" ini yang justru menjadi pelopor kemajuan daerahnya.




CHUBY TAMANSARI, Banyumas

GUMELAR sebetulnya masih seperti dulu. Kota kecamatan yang terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Purwokerto itu tersembul di antara bukit batu kapur. Jalannya pun berkelok-kelok. Hanya bedanya, jalan menuju ke daerah yang kini banyak warganya menjadi TKI di luar negeri itu semakin mulus.

Jangan juga membayangkan rumah-rumah reyot seperti di pedesaan miskin di Jawa. Sebab, di sepanjang jalan terlihat pemandangan rumah-rumah bagus bergaya modern yang berdiri di sela-sela rerimbunan pepohonan. Yang khas dari Desa Gumelar adalah: sekitar 75 persen penduduknya bekerja di luar negeri sebagai TKI.

Salah seorang keluarga TKI yang sukses di Desa Gumelar adalah Suyatmi. Kemakmuran Suyatmi tecermin dari rumahnya di kawasan Gerumbu Palumbungan Lor yang tertata apik. Begitu masuk halaman rumah di tepi jalan itu, Radar Banyumas (Grup Jawa Pos) disambut deretan bunga anthurium, adenium, dan beberapa jenis kaktus yang berjejer rapi di teras.

Oleh Suyatmi, Radar Banyumas ditemui di satu set sofa empuk di ruang tamunya. Di dinding terlihat foto-foto Kasino (berukuran 10 R), suami yang nampang di tempat tinggalnya di Korea. Di ruang keluarga tertata rapi sebuah TV warna berukuran besar. Dari pintu kamar yang terbuka, terlihat sebuah springbed besar dengan ranjang besi berukir.

"Tahun ini suami saya sudah lima tahun di Korea," kata Suyatmi memulai cerita tentang sang suami. Oleh bosnya di Korea, Kasino awalnya dikontrak tiga tahun. Namun, karena tenaganya dibutuhkan, waktu kontrak Kasino diperpanjang. "Tapi, yang dua tahun pertama dulu ilegal," kata wanita itu dengan polos.

Dari hasil bekerja lima tahun, pasangan yang belum dikaruniai momongan itu bisa membangun rumah permanen dengan harga lebih dari Rp 200 juta. Wanita berumur 30 tahun itu bahkan berhasil menyisihkan kiriman suami untuk membuat toko yang di depan rumah. "Ini buat sangu kalau nanti suami saya sudah pulang dan tak kembali (ke Korea) lagi," katanya.

Seperti Kasino, Casini menjadi contoh lain kesuksesan TKI. Ibu dua anak itu tadinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Taiwan. Dari hasil kerja tiga tahun di negara yang dipimpin Chen Sui-bian itu, wanita 35 tahun ini kini mampu menyekolahkan anak pertamanya, Tanti Pratiwi, ke IKIP PGRI Semarang.

"Saya juga bisa membuat konter HP, buka wartel, dan membeli sawahsenilai Rp 100 juta," ujarnya bangga. Istri Kusman itu tak mengira bakal bisa hidup layak seperti sekarang. "Saya nekat saja waktu itu. Yang penting niatnya baik, untuk keluarga dan anak-anak saya," katanya di rumahnya yang asri.

Parno, salah satu pengerah jasa TKI setempat, mengakui sebagian besar warga Desa Gumelar memang pernah atau sedang menjadi TKI. "Dari sekitar 6.800 penduduk, 75 persen adalah TKI. "Dan, alhamdulillah, hampir semuanya sukses. Ini bisa dilihat dari kondisi rumah dan perekonomian warga," jelasnya.

Berdasar pengamatan Radar Banyumas, rumah-rumah di desa itu bagus-bagus. Beberapa di antaranya bahkan hanya bisa ditemukan di daerah perkotaan. Rumah tingkat dan berarsitektur Spanyol paling banyak dipakai.

Salah satu rumah yang cukup megah di Gumelar adalah milik Purwani, seorang TKW yang kini bekerja di Malaysia. Meski hampir semua rumah di sekitar tergolong bagus, rumah Purwani terlihat sangat berbeda. Lokasinya yang hanya dua meter dari jalan raya membuat rumah bertingkat dua tersebut tampil menjulang.

Saat Radar Banyumas masuk ke halaman, lima motor bebek baru milik keluarga Purwani tampak diparkir rapi. "Mari, silakan masuk Mas," kata Mangku Hartanto yang menyambut di pintu rumah yang terbuat dari kayu jati.

Pemuda 23 tahun itu baru sebulan pulang dari Malaysia. Seperti Purwani, ibunya, Mangku membantu mengelola salah satu restoran milik Pipin, sang tante, di negeri jiran.

Memasuki rumah berkeramik cokelat tersebut, Radar Banyumas disambut Kursi-kursi besar nan empuk tertata di ruang tamu. Di dinding, ada beberapa lukisan dan karpet bergambar Kakbah serta Masjidil Haram. Vas keramik berukuran besar juga tertata apik di pojok ruangan dan samping bufet.

Kesuksesan Pipin, menurut Mangku, berawal saat tantenya tersebut diperistri seorang polisi Malaysia bernama Zulkhaerul. "Sebenarnya, Bulik (tante) saya dulu berangkat sebagai pembantu rumah tangga," ungkap Mangku mengawali cerita.

Saat itu, Pipin berangkat pada 1990. Dua tahun bekerja, Pipin bertemu Zulkhaerul, seorang polisi Malaysia. Tampaknya, benih cinta bersemi di antara dua insan berbeda kebangsaan tersebut. Karena itu, akhirnya keduanya sepakat menikah.

"Begitu suami pensiun, Bulik Pipin dan Pak Zulkhaerul membuat kantin kecil di dekat proyek pembangunan. Lama-kelamaan, kantin bertambah besar dan akhirnya membuat restoran masakan Padang," jelasnya.

Tampaknya, racikan tangan warga Palumbungan Lor, Desa Gumelar, itu disukai banyak orang. Hal tersebut dibuktikan oleh pesatnya perkembangan restoran bernama Selera Idaman itu. "Saat ini sudah ada empat cabang di Kuala Lumpur," kata Agung Setyo Kuncoro, sepupu Mangku, yang juga pernah ikut membantu di Malaysia.

Sukses di negeri orang, Pipin tak lantas lupa daratan dan tanah kelahiran. Satu per satu keluarganya dibawa untuk ikut membantu. Di antaranya adalah Purwani, ibu Mangku, yang hingga kini masih di sana. Selain itu, ada keponakan dan saudara sekampung yang ikut dibawa untuk dipekerjakan di sana.

"Meski berstatus keluarga, kami digaji secara profesional," ujar Khotijah, sepupu Mangku lainnya yang ikut menemani. Menurut dia, setiap bulan, karyawan digaji 800 ringgit.

Berkat kerja kerasnya tersebut, kini Purwani bisa membangun rumah mewah berlantai dua dengan luas lebih dari 500 meter persegi. Bersama anak-anaknya, Purwani juga sudah membangun bengkel sepeda motor di ibu kota kecamatan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Banyumas Drs H R. Soenardi mengaku, Gumelar adalah salah satu desa yang sukses membangun dengan dana dari TKI. Dia hanya punya satu nasihat agar para TKI bisa bekerja dengan tenang di luar negeri. "Yang penting berangkat dengan prosedur yang benar dan legal. Insya Allah tidak akan ada masalah di sana," kata mantan wali kota Purwokerto tersebut

Sumber: JawaPos.com

Tidak ada komentar: